KERANGKA SERMON EVANGELIUM MINGGU 29
September 2013
MINGGU XVIII SETELAH TRINITATIS (Ketritunggalan
Allah/ Hasitolusadaon ni TUHAN)
Melakukan Kebajikan Kepada Orang
yang Hina
Ev : Matius 25 : 34 – 40 Ep : 1 Timotius 6 : 11 – 19 SP
: Matius 22 : 39
I.
Pendahuluan
Injil
Matius ditulis untuk ditujukan kepada komunitas Kristen Yahudi. Tujuannya untuk
menunjukkan kepada mereka bahwa Yesuslah Mesias yang dinubuatkan oleh
Perjanjian Lama. Walaupun Injil ini pertama-tama ditujukan kepada komunitas Kristen
Yahudi, Yesus sendiri menujukan pemberitaan keselamatan-Nya meluas kepada
bangsa-bangsa lain. Dia adalah Juruselamat dunia. Sebaliknya, pada banyak
kesempatan Yesus mengecam orang-orang Yahudi, terutama pemuka agama mereka,
akan kekurangpercayaan mereka kepada Diri-Nya. Tema Injil Matius yang utama
adalah Kerajaan Surga. Tema ini merupakan pengejawantahan Kedaulatan Allah atas
orang percaya. Di dalam Yesus, Kerajaan Surga sudah hadir dan berdiam di
tengah-tengah dunia ini. Dengan demikian, setiap orang yang percaya kepada
Yesus adalah anggota Kerajaan Surga.
Nats ini merupakan bagian dari khotbah Yesus di Bukit Zitun pada minggu
terakhir-Nya di Yerusalem (24:3). Untuk menggambarkan penghakiman terakhir itu,
Yesus mengangkat 3 perumpamaan. Pertama, tentang
perumpamaan 10 gadis. Kedua, tentang
talenta. Dan ketiga, tentang
pemisahan kambing dan domba. Dalam ketiga perumpamaan itu menggambarkan
bagaimana kedatangan Tuhan yang tidak dapat diprediksi oleh siapapun. Ketiga
perumpaan itu menjelaskan bahwa siapa yang tidak selalu bersiap-siap menerima
kedatangan Yesus, maka dia sama sekali tidak layak dalam kerajaan-Nya dan
sebaliknya yang siaga dan terjaga, itulah yang akan menjadi pewaris Kerajaan
Allah. Siapakah orang yang selalu siaga dan yang akan menjadi pewaris Kerajaan
Allah itu.? Kita akan ketahui melalui nats ini.
II.
Penjelasan Nats
Ø Tempat
bagi orang percaya telah disediakan Tuhan jauh sejak dunia ini dijadikan (ay.
34)
Pada ayat 31-33,
Yesus dengan jelas mengatakan bahwa ketika Anak Manusia itu datang dalam
kemuliaan-Nya bersama dengan malaikat-malaikat dan dengan kemulian-Nya, maka
Dia akan mengumpulkan semua bangsa (untuk dihakimi). Melalui penghakiman itu,
semua orang harus mempertanggungjawabkan semua perlakuannya di hadapan Raja
itu. Maka, Raja yang Mulia itu akan memisahkan seorang daripada seorang seperti memisahkan domba dari kambing. Domba
akan ditempatkan di sebelah kanan-Nya dan kambing di sebelah kiri-Nya. Kepada
yang berada di sebelah kanan-Nya, Raja akan berkata, “Mari
hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan
bagimu sejak dunia dijadikan”. Kata “Hai Kamu yang diberkati Bapa-Ku” menandakan bahwa orang yang berada di
sebelah kanan Raja itu adalah orang-orang yang menerima berkat sempurna dari
Bapa di sorga karena mereka telah melakukan kehendak Sang Bapa. Dan
kesempurnaan berkat itu akan mereka terima melalui ajakan Raja untuk menjadi
penghuni Kerajaan Kekal itu. Kata “... terimalah Kerajaan yang
telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan” menandakan bahwa Kerajaan Allah itu adalah
Kerajaan kekal yang telah ada dari sejak penciptaan dan untuk selama-lamanya
dan yang di dalamnya adalah orang-orang khusus, yaitu yang senantiasa melakukan
kehendak Tuhan dalam hidupnya.
Ø Mengapa hanya yang di sebelah kanan-Nya yang
masuk dalam Kerajaan-Nya? (ay. 35-36)
Tuhan dalam penghakiman-Nya akan memisahkan
setiap orang menurut perlakuannya selama hidup. Dan mengapa hanya orang yang
berada di sebelah kanan-Nya saja yang berhak masuk ke dalam Kerajaan-Nya?
Jawabannya adalah karena mereka menghidupi
dan melakukan apa yang mereka imani. Hal ini terbukti dari perkataan Raja
itu yang mengatakan, “ketika Aku lapar,
kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberii Aku minum; ketika Aku
orang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku
pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu
melawat Aku”. Melalui ucapan Raja ini, dapat kita simpulkan bahwa
orang-orang pilihan yang ada di sebelah kanan-Nya itu adalah orang-orang yang
memiliki kepedulian dan kasih yang sungguh tulus kepada sesamanya. Melalui
ucapan Raja ini dapat dengan jelas kita ketahui bahwa sesungguhnya tidak
satupun perbuatann manusia yang tidak Dia ketahui. Sepintas, jika kita membaca
ayat 34-36 ini sepertinya perbuatan menjadi penentu untuk masuk ke dalam
Kerajaan yang kekal itu. Namun sesungguhnya bukan demikian. Seperti yang sudah
kita pahami bersama, untuk menjadi bagian dari kerajaan Allah itu tidak
ditentukan oleh perbuatan. Akan tetapi ditentukan oleh iman. Iman yang hidup
adalah iman yang berbuah dan berbuat. Karena tidak semua orang yang berbuat
baik akan layak di hadapan Tuhan. Karena perbuatan baik belum tentu buah dari
iman.
Ø Orang benar tidak akan menghitung-hitung
perbuatannya (ay. 37-39)
Apa perbedaan orang
benar dan orang yang merasa sebagai orang benar di hadapan Tuhan? Orang benar
adalah orang yang melakukan perbuatan baik dengan sungguh sebagai wujud imannya
dan tanggungjawabnya sebagai umat Tuhan tanpa mengingat dan menghitung
perbuatan baik yang dia lakukan. Sementara orang yang merasa benar adalah orang
yang mau melakukan perbuatan baik dengan tujuan agar dikenal oleh orang lain.
Dia juga akan suka mengingat dan menghitung perbuatan baik dan pertolongan yang
dia lakukan keepada orang lain dan biasanya orang seperti ini hanya mau
menolong orang-orang tertentu saja. Nats ini membuktikan (ay. 37), dimana orang
benar itu heran mendengar perkataan Tuhan. Mereka tidak merasa telah melakukan
kebaikan kepada Tuhan. Sementara jawaban orang-orang yang di sebelah kiri Raja
itu adalah, “Tuhan, bilamana kami melihat
Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit,
atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?”(ay. 44). Jawaban ini
semakin mempertegas bahwa mereka tidak memiliki kesungguhan dalam melakukan
kebaikan kepada sesama. Mereka berfikir bahwa untuk menjadi bagian dari
Kerajaan Allah cukup hanya mengasihi Tuhan dan orang-orang tertentu.
Ø Mengasihi orang hina berarti mengasihi Tuhan
(ay. 40)
Dan jawaban Yesus bagi
orang-orang benar itu adalah, “Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah
seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk
Aku”. Sementara untuk orang-orang berdosa itu, Tuhan akan berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala
sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk seorang yang paling hina ini, kamu tidak
melakukannya juga untuk Aku”. Maka dengan itu orang benar berdosa akan
menerima hukuman, yaitu masuk ke tempat siksaan yang kekal, sementara orang benar
akan menerima upah yaitu tinggal di Dallam hidup yang kekal.
III.
Aplikasi
ü Siapakah
orang hina itu? Yesus menggambarkan bahwa sesuai dengan konteks Yahudi, yang
hina adalah orang yang termarjinalkan, tertidas, tersiksa, yang haknya sebagai
manusia tidak diperoleh karena diperbudak orang lain. Kondisi hidup ini membuat
mereka menderita kelaparan, haus, tidak memiliki pakaian, penyakitan dan bahkan
terkurung dalam penjara. Jadi Yesus tidak mencantumkan orang yang menderita
karena kemalasan dan kebodohan, melainkan mereka yang menjadi korban para
penguasa ketika itu.
ü Yesus
datang ke dunia adalah untuk menyelamatkan dunia dari belenggu dosa, termasuk
membebaskan para orang hina dan yang tertidas. Dan bahkan Yesus lebih sering
berada bersama dengan orang-orang yang dianggap sebagai orang najis, hina, dan
tidak diperhitungkan. Yesus menganggap bahwa mereka adalah bagian dari sesama
yang memiliki hak untuk hidup, merdeka serta mendapat kasih sayang. Sehingga
kita juga sebagai umat-Nya memiliki kasih dan kepedulian kepada orang yang
mengalami ketertindasan. Kita memiliki kasih, ada pengorbanan, bukan
mengorbankan, memiliki kepekaan.
ü Untuk
duduk dalam Kerajaan Allah memang tidak ditentukan oleh perbuatan kita, namun
tanpa perbuatan yang baik dan benar, mustahil kita menjadi bagian dalam
Kerajaan-Nya. Akan tetapi perlu kita pahami bahwa iman yang benar adalah iman
yang mau mewujudkan apa yang dipercayai dalam kehidupannya. Iman yang sejati
itu tidak vakum dan tidak pasif, melainkan iman yang aktif melakukan kehendak
Tuhan. Dengan demikian, pastilah kita yang mau melakukan kehendak Bapa di sorga
akan menjadi bagian dari Kerajaan yang telah Tuhan sediakan bagi kita sejak
dunia diciptakan. Tuhan Yesus memberikati. Amin.
C.Pdt. Polma
Hutasoit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar