Kamis, 30 Juli 2015

Matius 25 : 34 – 40, "Melakukan Kebajikan Kepada Orang yang Hina"

KERANGKA  SERMON EVANGELIUM MINGGU 29 September 2013
MINGGU XVIII SETELAH TRINITATIS (Ketritunggalan Allah/ Hasitolusadaon ni TUHAN)
Melakukan Kebajikan Kepada Orang yang Hina
Ev : Matius 25 : 34 – 40                    Ep : 1 Timotius 6 : 11 – 19                SP : Matius 22 : 39

I.                Pendahuluan
Injil Matius ditulis untuk ditujukan kepada komunitas Kristen Yahudi. Tujuannya untuk menunjukkan kepada mereka bahwa Yesuslah Mesias yang dinubuatkan oleh Perjanjian Lama. Walaupun Injil ini pertama-tama ditujukan kepada komunitas Kristen Yahudi, Yesus sendiri menujukan pemberitaan keselamatan-Nya meluas kepada bangsa-bangsa lain. Dia adalah Juruselamat dunia. Sebaliknya, pada banyak kesempatan Yesus mengecam orang-orang Yahudi, terutama pemuka agama mereka, akan kekurangpercayaan mereka kepada Diri-Nya. Tema Injil Matius yang utama adalah Kerajaan Surga. Tema ini merupakan pengejawantahan Kedaulatan Allah atas orang percaya. Di dalam Yesus, Kerajaan Surga sudah hadir dan berdiam di tengah-tengah dunia ini. Dengan demikian, setiap orang yang percaya kepada Yesus adalah anggota Kerajaan Surga.
Nats ini merupakan bagian dari khotbah Yesus di Bukit Zitun pada minggu terakhir-Nya di Yerusalem (24:3). Untuk menggambarkan penghakiman terakhir itu, Yesus mengangkat 3 perumpamaan. Pertama, tentang perumpamaan 10 gadis. Kedua, tentang talenta. Dan ketiga, tentang pemisahan kambing dan domba. Dalam ketiga perumpamaan itu menggambarkan bagaimana kedatangan Tuhan yang tidak dapat diprediksi oleh siapapun. Ketiga perumpaan itu menjelaskan bahwa siapa yang tidak selalu bersiap-siap menerima kedatangan Yesus, maka dia sama sekali tidak layak dalam kerajaan-Nya dan sebaliknya yang siaga dan terjaga, itulah yang akan menjadi pewaris Kerajaan Allah. Siapakah orang yang selalu siaga dan yang akan menjadi pewaris Kerajaan Allah itu.? Kita akan ketahui melalui nats ini.

II.             Penjelasan Nats
Ø  Tempat bagi orang percaya telah disediakan Tuhan jauh sejak dunia ini dijadikan (ay. 34)
Pada ayat 31-33, Yesus dengan jelas mengatakan bahwa ketika Anak Manusia itu datang dalam kemuliaan-Nya bersama dengan malaikat-malaikat dan dengan kemulian-Nya, maka Dia akan mengumpulkan semua bangsa (untuk dihakimi). Melalui penghakiman itu, semua orang harus mempertanggungjawabkan semua perlakuannya di hadapan Raja itu. Maka, Raja yang Mulia itu akan memisahkan seorang daripada seorang  seperti memisahkan domba dari kambing. Domba akan ditempatkan di sebelah kanan-Nya dan kambing di sebelah kiri-Nya. Kepada yang berada di sebelah kanan-Nya, Raja akan berkata, Mari hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan”. Kata Hai Kamu yang diberkati Bapa-Ku” menandakan bahwa orang yang berada di sebelah kanan Raja itu adalah orang-orang yang menerima berkat sempurna dari Bapa di sorga karena mereka telah melakukan kehendak Sang Bapa. Dan kesempurnaan berkat itu akan mereka terima melalui ajakan Raja untuk menjadi penghuni Kerajaan Kekal itu. Kata ... terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan” menandakan bahwa Kerajaan Allah itu adalah Kerajaan kekal yang telah ada dari sejak penciptaan dan untuk selama-lamanya dan yang di dalamnya adalah orang-orang khusus, yaitu yang senantiasa melakukan kehendak Tuhan dalam hidupnya.

Ø  Mengapa hanya yang di sebelah kanan-Nya yang masuk dalam Kerajaan-Nya? (ay. 35-36)
Tuhan dalam penghakiman-Nya akan memisahkan setiap orang menurut perlakuannya selama hidup. Dan mengapa hanya orang yang berada di sebelah kanan-Nya saja yang berhak masuk ke dalam Kerajaan-Nya? Jawabannya adalah karena mereka menghidupi dan melakukan apa yang mereka imani. Hal ini terbukti dari perkataan Raja itu yang mengatakan, “ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberii Aku minum; ketika Aku orang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu melawat Aku”. Melalui ucapan Raja ini, dapat kita simpulkan bahwa orang-orang pilihan yang ada di sebelah kanan-Nya itu adalah orang-orang yang memiliki kepedulian dan kasih yang sungguh tulus kepada sesamanya. Melalui ucapan Raja ini dapat dengan jelas kita ketahui bahwa sesungguhnya tidak satupun perbuatann manusia yang tidak Dia ketahui. Sepintas, jika kita membaca ayat 34-36 ini sepertinya perbuatan menjadi penentu untuk masuk ke dalam Kerajaan yang kekal itu. Namun sesungguhnya bukan demikian. Seperti yang sudah kita pahami bersama, untuk menjadi bagian dari kerajaan Allah itu tidak ditentukan oleh perbuatan. Akan tetapi ditentukan oleh iman. Iman yang hidup adalah iman yang berbuah dan berbuat. Karena tidak semua orang yang berbuat baik akan layak di hadapan Tuhan. Karena perbuatan baik belum tentu buah dari iman.

Ø  Orang benar tidak akan menghitung-hitung perbuatannya (ay. 37-39)
Apa perbedaan orang benar dan orang yang merasa sebagai orang benar di hadapan Tuhan? Orang benar adalah orang yang melakukan perbuatan baik dengan sungguh sebagai wujud imannya dan tanggungjawabnya sebagai umat Tuhan tanpa mengingat dan menghitung perbuatan baik yang dia lakukan. Sementara orang yang merasa benar adalah orang yang mau melakukan perbuatan baik dengan tujuan agar dikenal oleh orang lain. Dia juga akan suka mengingat dan menghitung perbuatan baik dan pertolongan yang dia lakukan keepada orang lain dan biasanya orang seperti ini hanya mau menolong orang-orang tertentu saja. Nats ini membuktikan (ay. 37), dimana orang benar itu heran mendengar perkataan Tuhan. Mereka tidak merasa telah melakukan kebaikan kepada Tuhan. Sementara jawaban orang-orang yang di sebelah kiri Raja itu adalah, “Tuhan, bilamana kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?”(ay. 44). Jawaban ini semakin mempertegas bahwa mereka tidak memiliki kesungguhan dalam melakukan kebaikan kepada sesama. Mereka berfikir bahwa untuk menjadi bagian dari Kerajaan Allah cukup hanya mengasihi Tuhan dan orang-orang tertentu.

Ø  Mengasihi orang hina berarti mengasihi Tuhan (ay. 40)
Dan jawaban Yesus bagi orang-orang benar itu adalah, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”. Sementara untuk orang-orang berdosa itu, Tuhan akan berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk seorang yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku”. Maka dengan itu orang benar berdosa akan menerima hukuman, yaitu masuk ke tempat siksaan yang kekal, sementara orang benar akan menerima upah yaitu tinggal di Dallam hidup yang kekal.

III.          Aplikasi
ü  Siapakah orang hina itu? Yesus menggambarkan bahwa sesuai dengan konteks Yahudi, yang hina adalah orang yang termarjinalkan, tertidas, tersiksa, yang haknya sebagai manusia tidak diperoleh karena diperbudak orang lain. Kondisi hidup ini membuat mereka menderita kelaparan, haus, tidak memiliki pakaian, penyakitan dan bahkan terkurung dalam penjara. Jadi Yesus tidak mencantumkan orang yang menderita karena kemalasan dan kebodohan, melainkan mereka yang menjadi korban para penguasa ketika itu.
ü  Yesus datang ke dunia adalah untuk menyelamatkan dunia dari belenggu dosa, termasuk membebaskan para orang hina dan yang tertidas. Dan bahkan Yesus lebih sering berada bersama dengan orang-orang yang dianggap sebagai orang najis, hina, dan tidak diperhitungkan. Yesus menganggap bahwa mereka adalah bagian dari sesama yang memiliki hak untuk hidup, merdeka serta mendapat kasih sayang. Sehingga kita juga sebagai umat-Nya memiliki kasih dan kepedulian kepada orang yang mengalami ketertindasan. Kita memiliki kasih, ada pengorbanan, bukan mengorbankan, memiliki kepekaan.
ü  Untuk duduk dalam Kerajaan Allah memang tidak ditentukan oleh perbuatan kita, namun tanpa perbuatan yang baik dan benar, mustahil kita menjadi bagian dalam Kerajaan-Nya. Akan tetapi perlu kita pahami bahwa iman yang benar adalah iman yang mau mewujudkan apa yang dipercayai dalam kehidupannya. Iman yang sejati itu tidak vakum dan tidak pasif, melainkan iman yang aktif melakukan kehendak Tuhan. Dengan demikian, pastilah kita yang mau melakukan kehendak Bapa di sorga akan menjadi bagian dari Kerajaan yang telah Tuhan sediakan bagi kita sejak dunia diciptakan. Tuhan Yesus memberikati. Amin.


C.Pdt. Polma Hutasoit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar